Baca Juga
Santri Master - Saya coba menjelaskannya dengan cara melingkar. Kalau badan ingin sehat, upaya apa yang sering kita lakukan? Berolah raga, makan yang bergizi, istirahat yang cukup, atau mengonsumsi suplemen?
Barangkali tidak ada yang salah dengan upaya tersebut. Namun, harap diingat kasus kesehatan adalah kasus subjektif yang berbeda antara satu orang dengan yang lain.
Tindakan pencegahan yang efektif adalah terus menerus melacak dan menemukan takaran dan mekanisme yang berlangsung pada diri sendiri. Takaran dan mekanisme kebiasaan yang antara satu orang dengan yang lain berbeda.
Sayangnya, orang zaman sekarang tidak mandiri terhadap urusan kesehatan dan berbagai hajat hidup. Supaya sehat mereka ngebon suplemen. Supaya termotivasi mereka ngebon motivator. Supaya hati adem ayem mereka ngebon ahli tausiyah.
Demikian pula untuk urusan kualitas tulisan--kita ngebon orang lain agar menentukan standarisasinya, parameternya, rambu-rambunya. Padahal sejauh yang disampaikan oleh orang tersebut adalah versi kualitas menurut yang bersangkutan, bukan versi kita.
Kita menggantungkan diri terhadap sesuatu dari luar. Padahal apa yang kita cari telah tersedia di dalam diri. Kita tinggal melacak dan menemukannya. Mengapa kita tidak berdaulat memasang parameter kualitas tulisan--atau dalam urusan yang lebih luas, seperti kesehatan, kebahagiaan, kesuksesan menurut versi kita?
Kita melacaknya sambil belajar dan bercermin dari orang lain--bukan minta dibuatkan standar atau mengikuti parameter orang lain.
Kalau ada yang bilang, "Karyamu kok tidak bermutu sih!"
Kita tinggal menjawab, "Karya bermutu itu seperti ini. Kualitas menurut versiku sendiri." "Kamu anti kritik ya?"
"Tidak. Silakan mengkritik karya saya. Bebas. Jangankan cuma mengkritik--kamu juga boleh mencaci, menghina dan menyampahkan karya saya. Saya akan terus menulis, karena berkualitas atau tidak berkualitas, saya memiliki parameter sendiri. Apakah kritikan itu saya jadikan pertimbangan, itu soal lain.
Saya bebas dan berdaulat penuh menetukan definisi berkualitas atau tidak berkualitas. Orang lain silakan menggagas menurut versinya sendiri, dan saya tidak akan mengusiknya."
Kita ini aneh: untuk hal-hal yang kita bebas menentukan, malah minta dibatasi. Kepada aturan dan ikatan yang harus dipatuhi, kita malah melanggarnya.
Gampang banget ngebon apa saja. mendatangkan batasan-batasan dari luar, yang sebenarnya kita berdaulat melakukannya.
Jadi, tentukan parameter kualitas menurut versimu sendiri--sambi| terus belajar dan merasa tidak puas dengan standar itu. Silakan saling bercermin, tapi tidak membandingkan.
Ayam tidak selalu lebih baik dari kucing, karena ayam adalah ayam, kucing adalah kucing. Ayam dan kucing tidak bisa diadu siapa yang lebih hebat. Mereka memiliki keunggulan sekaligus kelemahan masing-masing.
Yang tidak baik adalah merasa karya kita paling top, palingjos, paling hebat, paling berkualitas. Ini namanya sombong. Bersikap sombong sambil merendahkan karya orang lain adalah sikap yang tidak berkualitas.
0 Comments: