Baca Juga
Sahabat Santri Master, kali ini akan saya bagikan sebuah tata cara penulisan laporan PTK ( Penelitian Tindakan Kelas) dengan stabilo yang baik dan benar. Bagi anda sekalian yang masih mengalami kesulitan dalam menyunsun laporan PTK semoga artikel saya kali ini dapat membantu.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peranan pendidikan di
Indonesia menjadi prioritas utama, secara jelas di dalam UUD 1945 pada pasal 31
ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah
mengusahakan dan penyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan undang-undang sejarah, sejalan dengan hal tersebut GBHN 1988
dinyatakan peranan pendidikan nasional yang kaitannya dengan sejarah yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras. Selain itu
yang perlu digaris bawahi adalah bahwa pendidikan nasional harus mampu
menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air (nasionalisme) dan mempertebal
semangat kebangsaan (patriotisme).
Dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional setiap
10 tahun sekali selalu dilakukan penyempurnaan atau revisi kurikulum seperti
tahun 1975, 1984, 1994, suplemen 1999, 2004 (berbasis kompetensi) dan saat ini
menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006) dimana didalamnya
terdapat perubahan materi dalam pembelajaran sejarah
Suatu pernyataan yang sangat fenomenal dari Presiden
Sukarno bahwa ”bangsa yang besar adalah
bangsa yang selalu menghargai sejarah perjuangan bangsanya”. Ungkapan yang
begitu bijaksana apabila dikaji secara mendalam mengandung pengertian Verstehen dan Erleben ( Kartodirjo,
1993) yaitu menyelami dalam membuka tabir kebenaran masa silam. Jastifikasi
sejarah dalam perjalanan suatu bangsa dengan sendirinya akan membentuk karakter
dan kepribadian yang sesuai dengan jiwa jaman tersebut.
1
Barangkali sejak kita berada di bangku SD
pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang membosankan, pada masa itu kita
akan bertanya, mengapa kita belajar sejarah? Mengapa kita harus mempelajari
masa lalu? Bahkan sampai pernyataan ekstrim yaitu apa gunanya kita belajar
sejarah? masa lampau yang sudah lewat tidak perlu diteliti atau dipelajari.
Perlu diuraikan kendala-kendala umum dalam
pembelajaran sejarah yaitu; (1) doktrin patent pembelajaran sejarah sejak kita
di bangku SD sampai dengan SMA tidak terlepas dari 4 W + 1 H ( why, when,
where, who dan how) (2) materi masa lampau yang sangat luas meliputi seluruh
aspek kehidupan penting manusia di dunia (3) metode pembelajaran cenderung
didominasi oleh ceramah (4) ketidakseimbangan jumlah jam tatap muka dengan materi
yang ada (5) kurikulum yang selalu berubah-ubah (6) siswa kurang berminat
membaca cerita sejarah (7) tidak memadainya sumber-sumber tertulis maupun tidak
tertulis (8) sejarah adalah ilmu sosial selalu dipandang sebelah mata sebagai
mata pelajaran kelas dua setelah eksakta
Kurangnya
minat siswa terhadap pembelajaran sejarah dalam hal ini siswa SMA LAB UM salah
satunya dilatarbelakangi oleh faktor kurang kreatifnya guru, juga tidak
tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Dari data evaluasi hasil ulangan
semester dan ujian blok semester I pada mata pelajaran sejarah standar
ketuntasan adalah 70 kelas X, kurang lebih 27.5% tidak tuntas ( Σ : 220 siswa
), kelas XI 30.5 % tidak tuntas ( Σ :
230 siswa ) kelas XII 36.2% tuntas ( Σ : 223 siswa ) ini berdampak pada kontinuitas
kualitas belajar siswa di SMA LAB UM.
Kurikulum terbaru 2006 memberikan strategi kepada pengajar bagaimana supaya siswa lebih
giat memacu dirinya lebih kreatif dan inovatif, begitu pula pendekatan yang
dilakukan dalam strategi belajar
mengajar sehingga hasil belajar siswa ranah
kognitif, dan afektif dapat sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Dalam pengajaran sejarah siswa harus dapat
membangun pemikiran yang kritis analisis dari interpretasi kebenaran fakta dan
data secara benar baik pada ranah kognitif, maupun afektif ( Hariyono, 1998)
2
Pada masa berlakunya
kurikulum tahun 1984-an yang pada waktu
itu menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nugroho Notosusanto pernah dicoba mata
pelajaran baru cabang sejarah yang lebih menekankan aspek kognitif dan afektif
yaitu PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) namun dihapus pada suplemen
kurikulum 1994. Sebagian orang mengatakan pembelajaran sejarah cenderung hanya ingatan,
dan hafalan, guru selalu mengidolakan
metode ceramah sebab bercerita lebih tepat untuk kajian masa lalu. Pada prinsipnya guru-guru sejarah kesulitan menentukan
formula (teknik, metode, dan pendekatan) yang sesuai untuk materi tertentu.
Secara umum dimanapun pembelajaran sejarah hanya bersumber
pada buku paket untuk dibaca atau LKS untuk dikerjakan secara naratif tanpa
diberikan bukti konkrit visual berupa gambar, foto, dan peta. Sehingga pemahaman
sejarah hanya sebatas ingatan tanpa bisa menyelami peristiwanya; sebagai contoh
pada tahun 1944 Jepang melakukan praktek romusya terhadap rakyat Indonesia,
siswa hanya memahami bahwa romusya adalah kerja paksa tetapi tidak mengetahui
bentuk kerja paksa yang bagaimana?, seperti
apa paksaan itu? Pemahaman ini menjadi bias jika tidak ada visualisasi, siswa
hanya menjadi imajiner-founding
(Notosusanto, 1985).
Keadaan di atas akan membawa dampak yang tidak
menguntungkan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran sejarah dan semestinya
dicarikan pemecahan alternatif yang paling efektif dan efisien atau solusi
sebagai pelaksanaan perbaikan metode atau pendekatan pembelajaran beserta
teknik dan bentuk yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Dalam rangka peningkatan hasil belajar sejarah
dengan pendekatan pembelajaran efektif, efisien dan terpadu disesuaikan dengan
proses dan kemampuan siswa diantaranya dengan mengadopsi model Picture to Picture dan Examples on Examples namun peneliti mencoba
untuk menampilkan model pembelajaran dengan gaya Pictures and Student Active
(PaSA) On Board Stories and Pictures Stories.
3
Dalam pendekatan pembelajaran CTL metode Pictures and Student Active diharapkan siswa
dapat menkonstruk secara kognitif, dan afektif dengan daya kreasi serta
menganalisis secara kritis terhadap visualisasi. Konsep utama dari Picture and Student Active adalah Know
How to Know (mengetahui bagaimana harus mengetahui) Dengan demikian
muncul suatu pernyataan bahwa “Siswa akan
lebih mudah memahami gambar peristiwa sejarah daripada membaca, tetapi tanpa
membaca akan sulit untuk mendeskripsikan gambar” Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan metode Pictures
and Student Active dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif?
2. Apakah penggunaan metode Pictures
and Student Active dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif?
3.
Bagaimakah minat siswa terhadap metode
Pictures and Student Active !
4.
Bagaimanakah hasil belajar siswa terhadap uji kemampuan pemahaman analitis
visualisasi (gambar-gambar)
C. Tujuan
Penelitian
Dari rumusan
masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan mencari gambaran yang sekaligus
menjawab permasalahan penelitian dengan
paparan deskripsi tentang :
- Peningkatan hasil belajar ranah kognitif
- Peningkatan hasil belajar ranah afektif
- Minat siswa terhadap metode Pictures and Student Active
- Hasil belajar siswa terhadap uji kemampuan pemahaman analitis visualisasi (gambar-gambar)
4
Dari tujuan penelitan di atas, maka manfaat yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah:
D. Manfaat penelitian
1. Bagi siswa :
·
Membantu siswa mencapai
kompentensi diri dalam menuntaskan materi pembelajaran sejarah
·
Membantu siswa meningkatkan
hasil belajar ranah kognitif, afektif dalam pembelajaran sejarah
·
Membantu siswa memahami konsep,
kejadian, peristiwa, fakta, data dan interprestasi serta kebenaran sejarah
lewat gambar-gambar
·
Konstruktif dalam menelaah
eksistensi masa lalu, menghargai perjuangan dan hasil kebudayaan masa lampau
lewat visualisasi.
·
Membangun keberanian
mengungkapkan fakta sejarah, kritis pada setiap peristiwa masa lampau
2. Bagi Guru :
·
Meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman tentang penelitan tindakan kelas
·
Mengembangkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan secara komprehensif dengan berbagai pendekatan dan penilaian
·
Memotivasi untuk selalu
exsplorasi dalam teknik, metode dan model pembelajaran yang kreatif serta
inovatif dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa
E. Hipotesis Tindakan
Proses dan hasil belajar sejarah akan meningkatkan ranah kognitif dan afektif
peserta didik kelas X-6 SMA LAB UM melalui pendekatan CTL dengan model PaSA (Pictures and Student
Active) pada konsep masyarakat pra sejarah Indonesia
5
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan pada kelas X-6 yaitu konsep pembelajaran
visual dengan materi masyarakat
prasejarah Indonesia .
2. Aspek
yang diteliti adalah kemampuan ranah kognitif dan afektif visualisasi
gambar prasejarah, membuat kreasi cerita bergambar serta tahap kritis analitis
guna meningkatkan ranah kognitif dan afektif dari hasil belajar berupa LKS
dengan gambar, ulangan harian, post tes, tugas individu serta kerjasama
kelompok selama proses pembelajaran
3. Strategi
yang dipergunakan adalah model PaSA (Pictures and Student Active) On Board Stories and Pictures Stories
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Pengajaran Sejarah Pada
Kurikulum 1994
Sesuai
dengan GBPP 1994 bahwa ruang lingkup pengajaran sejarah untuk jenjang
SMA/MA/SMK meliputi substansi yang sangat luas yaitu pada sejarah nasional
dimulai dari perkembangan prasejarah, jaman Hindu-Budha, masa kejayaan Islam,
masuknya kekuatan asing, perlawanan terhadap dominasi asing, pergerakan nasional,
masa pendudukan Jepang, upaya mengisi kemerdekaan, masa demokrasi terpimpin,
Orde baru dan ditambah dengan masa reformasi (Sejarah kelas 1 dan 2, Erlangga.
1994). Sedangkan untuk substansi sejarah dunia meliputi perkembangan peradaban
dunia masa prasejarah di Asia dan Eropa, perkembangan peradaban timur tengah,
Amerika dan Afrika, peristiwa-peristiwa di Eropa abad 17-19, perkembangan
faham-faham baru di Eropa, perkembangan tata hubungan dunia setelah perang
dunia II dan perkembangan dan penerapan IPTEK serta masalah lingkungan hidup (Sejarah kelas
3 Yudistira. 2000) Kurikulum pendidikan
nasional senantiasa harus sejalan dengan tujuan pengajaran nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa (Pembukaan UUD 1945 alenia 4)
Sangat luasnya materi
pelajaran sejarah membuat pembagian substansi sejarah harus benar-benar
ditinjau secara proposional karena data dan fakta sudah terjadi ratusan tahun
bahkan ribuan tahun (Hariyono, 2001). Kurikulum 1994 memberikan landasan yang kuat tentang kronologis sebuah
cerita sejarah. Ruang dan waktu dalam pembelajaran sejarah memungkinkan siswa
untuk verstehen dan erleben (menyelami dan mendalami.
Kartodirdjo, 1993). Konsep pembelajaran sejarah yang tertuang dalam kurikulum
1994 secara implisit mengisyaratkan kepada guru bidang studi sejarah agar lebih
aktif dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran, hal ini disebabkan karena
luasnya materi dan sedikitnya jumlah jam mengajar kira-kira 2 jam/minggu dan
harus terselesaikan dalam tempo satu semester.
7
Berdasarkan sebaran materi kurikulum
1994 pada pelajaran sejarah, maka kondisi obyektif pengajaran sejarah di kelas
lebih banyak pada ceramah bervariasi, mengapa? Karena siswa kurang menyadari
pentingnya buku pegangan untuk menunjang proses analisis peristiwa masa lampau.
Guru sebagai center teach semestinya siswa sebagai pusat pembelajaran. Dalam
hal ini pendekatan pembelajaran mutlak diperlukan guru untuk kreatif dalam
penyampaian materi lebih mendalam, berikut adalah intisari dari pendekatan
pembelajaran kontekstual
B. Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual
Menciptakan
masyarakat belajar bukanlah hal yang mudah apalagi jika ini dikaitkan dengan
hasil pembelajaran di sekolah. Siswa bukan sebagai obyek dari transfer ilmu
melainkan sebagai subyek yang harus menggali, mendapatkan serta menguraikan
ilmu. Siswa dituntut mandiri dalam memecahkan masalah, menganalisis lingkungan,
melakukan adaptasi sosial dan menjembatani setiap permasalahan dalam kehidupan.
Proses pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa sendiri yang menemukan
jawaban atas permasalahan ilmu. Komunikasi verbal, hafalan, daya ingat mungkin
membantu dalam kehidupan nantinya tetapi tanpa dibekali, skill, ability dan
inquiry dalam memecahkan masalah mustahil hidupnya akan bermakna.
Contexual Teaching and Learning (CTL) adalah
pendekatan proses belajar mengajar dalam rangka mencari produktifitas
pembelajaran. Standarisasi kurikulum sebagai acuan atau rambu-rambu
pembelajaran harus dukembangkan dengan strategi belajar yang baik artinya CTL
senantiasa berkembang mengikuti trend sistem pendidikan. Pendekatan CTL adalah pendekatan
pembelajaran yang memiliki tujuh (7) komponen yaitu : (1) Constructivism, (2)
Questioning, (3) Inquiry (4) Learning Community (5) Modelling (6) Reflection)
dan Authentic Assessment (Kasbollah, 2002).
8
Pendekatan di atas adalah
landasan membangun kerangka berfikir, dimulai dari fakta, data dan konsep.
Siswa harus mampu mengkonstruk pikirannya melalui pengalaman ilmu dan
pengamatan sosial terutama kegiatan pemecahan masalah. Siswa harus dapat
menemukan jawaban dari setiap permasalahan dengan kreatif, inovatif membangun
dirinya agar berguna bagi orang lain disekitarnya, seperangkat fakta, data dan
konsep dirangkai menjadi kesatuan yang memiliki makna.
Siswa akan menjadi
inovatif dengan ketrampilan ingin selalu mengetahui hal-hal yang tersamar. Guru
senantiasa membimbing, mendorong serta membuat penilaian pola-pola pikir siswa,
bagaimana siswa menggali informasi, apakah yang telah mereka ketahui dan yang
belum diketahui. Ketrampilan
dalam menemukan pengetahuan harus melibatkan orang lain terutama kerjasama di
kelas.
Kerjasama di kelas dalam
proses pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi afektif dan psikomorik
karena saling berkomunikasi, memperoleh informasi dan memberikan alternatif
pemecahan masalah sehingga proses belajar dan pembelajaran tercapai dengan
maksimal serta mengoptimalkan hasil yang diperoleh dengan merespon semua hal
yang diketahui kemudian dikaryakan dalam bentuk hasil baik catatan, jurnal
maupun pendapat sehingga bentuk penilaian terhadap siswa lebih akurat.
C. Visualisasi dalam Proses
Belajar dan Pembelajaran Sejarah
Visual
dalam seni rupa berarti penglihatan (Art and Design, 1995). Pandangan juga
dapat berarti melihat, Visualisasi adalah upaya untuk mendeskripsikan bias menjadi
nyata (Kuncoro, 2001) menerjemahkan keadaan semu menjadi suatu bentuk yang
real, nyata dan dapat dirasakan. Penulis mencoba menterjemahkan visualisasi
dalam proses belajar dan pembelajaran sejarah mengandung pengertian sebagai
bentuk cerita bergambar yang dimanifestasikan pada sebuah alur cerita dalam
bentuk rangkaian gambar bermakna serta kronologis.
9
Fakta dan data sejarah
didapatkan dari berbagai nara sumber baik primer yaitu saksi hidup sejaman
serta buku utama yang dapat dijadikan proyeksi sejarah (Kartodirdjo, 1993).
Sepengetahuan kita mulai dari tingkat dasar (SD) sampai tingkat atas (SMA)
pelajaran sejaraha jarang menampilkan visualisasi yang kronologis padahal yang
utama dari pembelajaran sejarah adalah menampilkan seakurat mungkin data dan fakta.
Siswa harus dapat menghadirkan
dokumentasi fakta dan data secara jelas, obyektif dan kronologis sehingga daya
kritis terhadap permasalahan masa lampau menjadi lebih akurat. Gooschalk (1985) dalam bukunya Understanding History : a primer of
historical method mengatakan bahwa sejarah bukanlah imajinasi tetapi hasil
dari kreasi bangunan fakta yang disusun berdasarkan alur peristiwa dan
dikembangkan oleh sejarawan dalam berbagai bentuk diantaranya adalah cerita
bergambar.
Historiografi dalam
pembelajaran sejarah terbentuk dari heuristik lapangan, sehingga proses belajar
dan pembelajaran sejarah pengkajian masa lampau harus dilengkapi dengan
alat-alat nalitis, konseptual dan teoritis (Burke, 1980). Alangkah menyenangkan
apabila dalam proses belajar di kelas siswa dibekali dengan teori dan fakta
lapangan, jika kita menceritakan tentang perang dunia II, maka semestinya guru
dapat menghadirkan gambar jalannya perang, tokoh yang terlibat dan visualisasi
lainnya yang mendukung pembelajaran tersebut. Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang jurusan pendidikan Sejarah memiliki laboratorium sejarah masa
purba. Dalam kaitannya dengan pembelajaran kebudayaan masa lampau adalah
bagaimana mengenal kondisi masa masyarakat prasejarah secara konstruk dan nyata
(Katalog FPIPS, 1995). Guru sejarah dalam memvisualisasikan materi pelajaran
senantiasa harus memiliki imajinasi sejarah yang dapat membuat siswa memasuki
masa tersebut. Walaupun demikian unsur-unsur subyektif akan selalu ada dalam membuatan visualisasi, guru dapat
membuat deskripsi atau gambaran tentang apa yang akan dibuatnnya
10
D. Konsep ”To Know How to Know” pada Pelajaran Sejarah
Ilmu sejarah seperti ilmu-ilmu lainnya mempunyai unsur yang
merupakan alat untuk mengorganisasi seluruh tubuh pengetahuannya serta merekontruksi
pikiran yaitu metode sejarah (Kartodirdjo, 1993). Konsep How to know pada sejarah sebenarnya berkaitan dengan bagaimana
orang memperoleh pengetahuan tentang sejarah, tetapi pada konsep to know how to know berkaitan dengan
cara mengetahui bagaimana harus mengetahui, jadi kita mengetahui sejarah tetapi
bagaimana sejarah dapat kita ketahui. Contoh dalam mempelajari proklamasi 17
Agustus 1945 kita mengetahui tanggal, bulan dfan tahun tersebut adalah hari kemerdekaan RI, tetapi
kita juga harus mengetahu, memahami serta menganalisis, mengapa tanggal 17
Agustus dijadikan hari kemerdekaan.
Konsep To Know How
to Know pada pembelajaran sejarah
akan lebih mampu melalukan eksplanasi daripada membatasi diri pada pengungkapan
bagaimana sesuatu terjadi sebagai narasi fiktif (Kuntowijoyo, 1994). Suatu
peristiwa harus dapat digambarkan secara lebih mendalam mengenai bagaimana
terjadinya, latar belakang apa yang melandasi lahirnya peristiwa tersebut.
Perkembangan ilmu sejarah di Indonesia
dipengaruhi oleh nation building yang menuntut rekontruksi sejarah secara
nasional dimana akan mewujudkan kristalisasi bangsa atau Indonesia-sentris
(Kuntowijoyo, 1994).
Berfikir mengenai masa lalu secara
obyektif tampaknya banyak diabaikan oleh orang karana mereka tidak mampu untuk
menerima segala sesuatu begitu saja (taken
for granted) sehingga unsur-unsur subyektifitas menyertai dalam setiap
historiografi.Dalam menghadapi fenomena histories yang kompleks, setiap
penggambaran sejarah diperlukan pendekatan yang memungkinkan penyaring data
dengan seleksi terhadap konsep, fakta dan kondisi obyektif saat ini, peta
peristiwa digunakan sebagai analitis pembelajaran sejarah yang kemudian
digambarkan dalam model pembelajaran sejarah secara terpadu (Panyarikan, 1998).
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
karena pendekatan ini berupaya mengkaji lebih mendalam tentang penggunaan model
PaSA (Picture and Student Active) On
Board Stories and Pictures Stories dalam rangka peningkatan ranah kognitif
dan afektif siswa pada proses belajar memahami masyarakat prasejarah Indonesia .
Pendekatan ini sesuai dengan penelitian tindakan kelas karena memenuhi kriteria
penelitian kualitatif karena Moleong
(1994) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif menyebutkan sebagai
berikut: (1) peneliti sebagai instrument utama yaitu peneliti sebagai pengumpul
data dan menganalisis data dimana peneliti terlibat langsung dalam penelitian
(2) peneliti akan menyelidiki dan memaparkan data apa adanya di lapangan (3)
hasil penelitian bersifat deskriptif karena data-data yang terkumpul hanya
berupa kata-kata atau kalimat, bukan angka-angka
PTK atau Classroom Action Research
adalah penelitian berbasis kelas atau sekolah, dimana dalam PTK terdapat
tindakan untuk perbaikan kegiatan pembelajaran maupun peningkatan mutu
pembelajaran di kelas (Kasbollah, 1999). Intinya dari penelitan
tindakan adalah adanya tindakan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan
praktis pengajaran. Penetian
tindakan kelas bermuara pada persoalan-persoalan yang dihadapi guru di kelas
(Susilo, Herawati.2003) Dalam penelitian ini masalah yang terjadi adalah kurang
minatnya siswa pada pelajaran sejarah, mereka jenuh karena guru hanya bercerita,
mencatat konsep, menghafal fakta sehingga pemahaman sejarah kurang berarti yang
ditandai dengan penurunan kualitas hasil belajar siswa. Kondisi ini diperlukan
pemecahan, sehingga dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan pembelajaran dalam memahami konsep sejarah khususnya masyarakat
prasejarah Indonesia.
12
PTK ini dilakukan oleh
guru bidang studi yang merangkap sebagai penelitidibantu oleh guru lain pada
rumpun yang sama (Bapak Teguh, S.Pd) serta pengamatdari guru lain ( Ibu Husnul,
Ibu Kartini dan Bapak Samsul dari mahasiswa S-2 UM).Tindakan dibatasi
pada model dan teknik dalam proses pembelajaran melalui pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) dengan model PaSA (Picture and Student Active). On Board Stories and Pictures Stories
Sejalan dengan pendekatan kualitatif, peneliti
mencoba mengembangkan 5 komponen konsep pembelajaran melalui model PaSA On Board Stories and Pictures Stories yaitu
: (1) Seeing (2) Describing (3) Learning (4) Analyzing dan (5) Knowing. Kelima
komponen tersebut bermuara pada Know How
to Know yaitu selama proses
pembelajaran siswa arahakan untuk selalu menahami, kritis untuk mengetahui
serta berpartisipasi aktif.
Desain penelitian menggunakan model Kemmis dan M.C
Taggart (1989) yaitu (a) perencanaan (b)
tindakan (c) observasi dan (d) refleksi.
B. Kehadiran Peneliti
Berdasarkan pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti sangat
diperlukan karena peneliti bertindak sebagai desainer tindakan, observer,
explainer dan pengumpul data. Peneliti membuat desainer pembelajaran
selama berlangsung penelitian. Moleong (1994) juga mengutarakan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai desainer, pelaksana, pengumpul data, analisis,
penafsir dan pelapor hasil penelitian.
Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas, para observer dari satu rumpun
dan guru lain dilibatkan untuk memberikan masukan hasil penelitian
sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran.
13
C. Tempat dan Waktu
Penelitian
Penelitian dilaksanakan di
kelas X-6 SMA LAB UM semester II tahun pelajaran 2006/2007. Peneliti bertugas
sebagai guru pengajar di kelas tersebut. Penelitian berlangsung 2 bulan (April-Mei
2007)
D. Data dan Sumber Data
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : (1) lembar kerja siswa, gambar peta persebaran
manusia dan kebudayaan masyarakat prasejarah (2) LKS cerita gambar yang tersusun dari hasil
analisis kelompok dan individu dalam berbagai versi (3) hasil pengamatan proses belajar mengajar,
diskusi kelompok, presentasi lisan dan diskusi kelas.(5) catatan lapangan (6) dokumentasi. Sumber data
adalah siswa kelas X-6 SMA
LAB UM tahun pelajaran 2006/2007 dengan jumlah siswa 46 siswa.
E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan
data pada penelitian ini meliputi :
1. Instrumen Pengumpulan
Data
A. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data
berupa :
1. Tes
Tes
adalah alat penilaian dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada
seseorang dengan jawaban tertentu baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun
perbuatan (tindakan). Tes
sebagai alat ukur hasil belajar di sekolah utamanya berkaitan dengan
sejauhmana siswa telah menguasai materi sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Tes di kelas bagi siswa berhubungan erat dengan aspek kognitif, psikomotorik
dan afektif. Instrumen tes pada penelitian ini disusun dalam 2 siklus berupa ulangan harian yang masing-masing
siklus berjumlah 20 soal obyektif.
14
2. Post Tes
Post tes pada penelitian ini adalah
pertanyaan-pertanyaan quiz yang harus dijawab spontan oleh siswa. Siswa harus menjawab dengan kecepatan
daya kognitifnya. Nilai post tes ini diharapkan dapat memotivasi siswa dalam
proses pembelajaran, sekaligus sebagai standar nilai untuk menentukan nilai hasil belajar.
3. Lembar Penilaian Proses
Belajar
Lembar penilaian proses belajar dipergunakan
untuk menilai siswa dalam ulangan harian, quiz, tugas, proses diskusi kelompok, diskusi kelas, dan
presentasi lisan. Lembar penilaian ini berupa format-format penilaian proses belajar mengajar.
B. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Pengamatan dilakukan untuk melihat langsung
aktifitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi memungkinkan untuk
mengetahui kesesuaian antara harapan dan kenyataan dari penelitian tindakan
kelas. Observasi dilaksanakan secara komprehensif dalam kelas.
Pengamatan dilakukan oleh teman serumpun dan guru
lain dengan berpedoman pada format pengamatan menyeluruh (lihat
lampiran). Aspek-aspek dalam pengamatan
meliputi: perilaku siswa waktu belajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi
siswa dalam presentasi dan diskusi. Sehingga dapat diketahui secara jelas
bagaimana aktifitas siswa selama proses pembelajaran.
2. Catatan lapangan
Catatan lapangan dalam pembelajaran bertujuan
untuk memperoleh data yang akurat dan obyektif apa adanya, sehingga hal-hal
yang tidak terekam dalam observasi dapat dilakukan dengan catatan lapangan
sebagai bahan pertimbangan perbaikan dan follow up tindakan selanjutnya.
15
3. Tahap-tahap Penelitian
Sebelum penelitian ini dilakukan
dilaksanakan pertemuan
dengan rumpun.
- Menentukan kelas yang akan digunakan untuk penelitian
- Menentukan
dan menyusun rencana
pembelajaran
- Menentukan topik pembelajaran yang sesuai dengan metode Picture and Student Active serta
untuk lebih fokus lagi menentukan kelas mana yang akan dijadikan obyek
penelitian.
- Menyusun visualisasi materi dengan proyeksi gambar-gambar apa
saja yang relevan dengan tujuan pembelajaran ranah kognitif, dan afektif.
a. Perencanaan siklus I
Penelitian dilaksanakan pada bulan April minggu
ke-3 tahun 2007
Tahap perencanaan meliputi :
- Rencana
Persiapan Pembelajaran (RPP) sejarah
- Kelas
yang dipergunakan untuk penelitian adalah kelas X-6 dengan jumlah 44 siswa
- Pokok bahasan adalah Masyarakat Prasejarah Indonesia
dengan sub pokok bahasan jaman Paleolithikum, Mesolithikum, Neolithikum,
Megalithikum, jaman Besi dan Perunggu serta persebaran manusia purba
Indonesia.
Model PaSA adalah mengoptimalkan peran siswa sebagai
individu dalam kelompok diskusi lewat media gambar atau visual.
Kegiatannya adalah sebagai berikut :
- Kelas X-6
dibagi ke dalam 6 kelompok heterogen (setiap kelompok 7-8 siswa) Sub pokok
bahasan adalah persebaran
kebudayaan masa prasejarah (jaman batu ) di Indonesia. Kelompok 1 : Paleolithikum,
Kelompok 2: Mesolithikum, Kelompok 3 : Neolithikum, Kelompok 4 :
Megalithikum, kelompok 5 jaman Basi dan Perunggu serta kelompok 6 Penemuan
manusia purba Indonesia di pulau Jawa.
16
- Setiap
kelompok mendeskripsikan gambar peta berdasarkan referensi buku, Atlas
Kemudian membuat deskripsi utuh mengenai sub pokok bahasan tersebut.
- Pada
saat pembelajaran, masing-masing anggota kelompok saling mempelajari l
(satu) gambar peta dan menunjukan hasil-hasil persebaran budaya dengan menempelkan
tanda-tanda tertentu di peta.
- Tanda tanda tersebut diperjelas pada saat
presentasi di depan kelas.
- Peneliti
memandu jalannya diskusi sementara siswa lain dapat mengajukan pertanyaan,
atau mengomentari kelompok presentasi dengan membuat rekaan interpretasi
permasalahan melalui analisisnya.
Pada tahap evaluasi meliputi :
a.
Mengevaluasi
kognitif siswa dengan cara
memberikan post test dalam bentuk pertanyaan quiz.
b.
Mengumpulkan gambar-gambar peta sebagai
alat evaluasi dalam mengukur
sejauhmana peningkatan ranah kognitif siswa.
c.
Pada
saat pembelajaran ini guru
menggunakan penilaian individual dan kelompok yang mengacu pada ranah afektif
serta ranah kognitif. (Penilaian lihat lampiran)
d.
Semua
kegiatan PTK di kelas X-6 baik observasi, analisis serta evaluasi direkam oleh peneliti sebagai
follow up untuk mendapatkan gambaran hasil tindakan dan juga sebagai bahan
releksi siklus 1
Hasil refleksi siklus 1 digunakan untuk membuat
perencanaan siklus 2,
b. Perencanaan pada siklus 2
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei minggu ke 3 tahun 2007
Tahap perencanaan meliputi :
- Rencana
Persiapan Pembelajaran (RPP) sejarah
- Kelas
yang dipergunakan untuk penelitian adalah kelas X-6 (46 siswa)
17
- Pokok bahasan adalah Tradisi Prasejarah Masyarakat
Indonesia dengan kegiatan sebagai berikut :
1
Kelas
X-6 dibagi ke dalam kelompok yang lebih kecil namun tetap heterogen (setiap
kelompok berjumlah 4-5 siswa) Sub pokok bahasan
adalah Tradisi Prasejarah masyarakat Indonesia meliputi hasil budaya
dari jaman peleolithikum sampai dengan jaman logam.
2
Setiap
kelompok mendeskripsikan suatu cerita bergambar Tradisi Prasejarah masyarakat
Indonesia meliputi hasil budaya dari jaman peleolithikum sampai dengan jaman
logam.
3
Kemudian
membuat deskripsi utuh mengenai cerita bergambar tersebut.
4
Pada
saat pembelajaran, masing-masing anggota kelompok saling mempelajari satu
gambar dan membuat kesimpulan dari cerita tersebut kemudian mendiskusikan
hasilnya
5
Setelah mendeskripsikan alur cerita kemudian mempresentasi di depan kelas.
6
Peneliti
memandu jalannya diskusi sementara siswa lain dapat mengajukan pertanyaan, atau
mengomentari kelompok presentasi dengan membuat rekaan interpretasi
permasalahan melalui analisisnya.
Pada tahap evaluasi meliputi :
a.
Mengevaluasi
kognitif siswa dengan cara memberikan post test dalam bentuk pertanyaan quiz
b.
Mencari
kata-kata kunci historis, aspek kemanusian dan pengalaman hidup dalam cerita bergambar
tersebut sebagai alat evaluasi dalam
mengukur sejauhmana peningkatan ranah afektif siswa.
c.
Pada
saat pembelajaran ini guru menggunakan penilaian individual dan kelompok yang
mengacu pada ranah afektif serta ranah kognitif.
d.
Semua
kegiatan PTK di kelas X-6 direkam oleh peneliti sebagai follow up untuk
mendapatkan gambaran hasil tindakan dan releksi.
18
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian à laporan kegiatan
1. Tahap Pendahuluan
Sebelum
penelitian ini dilaksanakan, pada
tanggal 5 dan 6 April peneliti bersama bapak dan ibu guru dalam satu
rumpun melakukan pertemuan awal.
Pertemuan ini dihadiri oleh anggota rumpun yang terdiri atas Bapak Teguh, Ibu
Gunarti dan Ibu wiwik dengan hasil adalah
(a). pertengahan bulan April 2007 melakukan persiapan dan pembuatan proposal
penelitian tindakan kelas yang berlangsung kurang lebih 3 minggu
(b). Kelas yang akan digunakan untuk penelitian adalah kelas X-6 dengan jumlah
44 siswa
(c). menentukan dan menyusun rencana pembelajaran yang disesuaikan
dengan perjalanan materi semester 2, peneliti telah sampai pada materi masyarakat pra sejarah Indonesia
(d). Masyarakat pra sejarah Indonesia adalah topik pembelajaran
yang paling sesuai dengan metode Picture
and Student Active karena lebih fokus pada visualisasi gambar-gambar
(e). menyusun
visualisasi materi dengan proyeksi gambar-gambar apa saja yang relevan
dengan tujuan pembelajaran ranah kognitif, dan afektif.
Walaupun penelitian
tindakan kelas bersifat individual namun kerjasama rumpun sangat diperlukan
mengingat penelitian ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan
dan kerjasama dengan anggota rumpun. Peneliti bersama
rumpun melakukan penelaahan materi
gambar dalam rangka Picture and Student Active, harapannya adalah agar
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
maksimal.
19
Persiapan media dan sumber
belajar juga dilakukan untuk membatasi ruang lingkup penelitian, misalnya buku
paket, atlas, visualisasi gambar dan lain-lain. Mengingat dalam penelitian
tindakan kelas terdapat
observer (pengamat) maka dibuat juga format observasi untuk memudahkan pengamat
melakukan penilaian dan refleksi perbaikan di siklus berikutnya.
2. Paparan Data Tindakan
A. Siklus
I (On Board Stories/ Gambar di Papan Tulis)
Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas pada siklus I (On Board Stories) dilaksanakan
pada tanggal 27 April 2007 , di kelas X-6 dengan observer bapak Moch. Teguh. Materi
pelajaran yang disampaikan adalah perkembangan masyarakat prasejarah Indonesia .
Pelaksanaan Tindakan
Paparan data tindakan kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan
penelitian tindakan kelas siklus I adalah :
- Membuka
pelajaran dengan salam, kemudian menjelaskan secara singkat kompetensi dasar
yang akan dibahas sementara siswa menyimak penjelasan guru
- Menjelaskan secara singkat perkembangan
kehidupan manusia purba,
dimulai dari manusia purba Asia, Afrika, Eropa dan Amerika , menghubungkan
teori evolusi dengan manusia purba Indonesia, sementara siswa mendengarkan
dan mencatat hal-hal yang penting.
- Guru meminta
siswa untuk membuat
kelompok dengan jumlah maksimal 8 siswa, dalam hal ini dibentuk
kelompok heterogen.
- Siswa mempersiapkan alat tulis seperti, buku referensi, atlas,
spidol warna, kertas warna, gunting, lem dan lain-lain.
20
- Setiap siswa diberikan satu lembar kerja (LKS) dan satu format kerja kelompok
dengan mendapatkan tugas yang berbeda.
- Enam kelompok
yang terbentuk dengan pembagian
tugas kerja sebagai berikut
:
- kelompok
satu terdiri 7 siswa: Trio, Dwi Adi, Ricky Bayu, Ridho, Ferry, M. Hardi
dan Bahuddin membahas peta penemuan manusia purba di Jawa,
- kelompok
dua terdiri 7 siswa : Inke, Ganes, Sahda, Rizky, Chntya, Gregoria dan
Tika, membahas peta kebudayaan jaman Paleolithiklum,
- kelompok
tiga terdiri 7 siswa : Kurnia, Layly, Fitria, Kartika, Fitri, Desi dan
Alita membahas peta penemuan jaman
Mesolithikum,
- kelompok
empat terdiri 7 siswa : Shlvy,
Selvia, Bobby, Stefani, Wahyu, Septi dan Tatya membahas hasil kebudayaan Neolithikum,
- kelompok
lima tediri 8 siswa: Wendi, Dio, Febri, Wahyu Tri, Ricky Indri, Anas dan
Ervin membahas peta penemuan budaya Megalithikum,
- kelompok
enam terdira 6 siswa : Hesti, Devita, Lukita, Sukma, Nurika dan Emil membahas
peta penemuan budaya jaman logam.
- Setiap kelompok menggambar satu peta
Indonesia di kertas karton kemudian mengguntingkan lambang tertentu
dengan kertas warna kemudian ditempel di daerah atau tempat penemuan
budaya prasejarah dengan diberikan penjelasan.
- Guru mengawasi jalannya kerja kelompok, memonitor setiap pekerjaaan
siswa dan memberikan petunjuk apabila ada permasalahan yang ditanyakan
siswa
- Pada
saat presentasi di
depan kelas, setiap kelompok diwajibkan maju dengan dua perwakilan
siswa untuk memaparkan data temuannya dengan menempelkan karton peta Indonesia di papan tulis.
21
- Perwakilan
kelompok kemudian menjelaskan hasil temuannya dengan menempelkan simbol berwarna
dalam bentuk segitiga, persegi panjang, lingkaran dan lain-lain untuk menunjukan
titik-titik penemuan kebudayaan.
- Diskusi dimulai dari kelompok satu yang membahas peta penemuan manusia purba
di Jawa seperti Pithecan thropus Erectus, Meganthropus Paleojavanicus,
Homo Wajakensis, Homo Soloensis dengan menunjukan tempat penemuan manusia
purba seperti di Sangiran Solo, Trinil Ngawi, Pacitan dan Mojokerto.
- kelompok
dua menjelaskan peta penemuan kebudayaan jaman paleolithikum di Indonesia
seperti kapak genggam, perimbas, Abris Sousch Roche, Kjokkenmoddinger, dan
Flakes
- kelompok
tiga mendeskripsikan sistem berburu dan meramu masa mesolithikum, penemuan
budaya kapak persegi dan kapak lonjong
- kelompok
empat menjelaskan kehidupan sosial masyarakat jaman neolithikum seperti
peralihan dari food gathering ke food producing, kehidupan semi sedenter
kepada permanen
- kelompok
lima mendeskripkan temuan benda budaya megalihikum seperti menhir, dolmen,
sarkofagus, kubur batu dan punden berundak
- kelompok
enam membahas cara kerja jaman logam, teknik a cire perdue dan bivalve,
penemuan kapak corong, nekara dan bejana perunggu.
- Guru berperan sebagai moderator yang mengarahkankan jalannya diskusi
sekaligus sebagai jembatan penghubung permasalahan, menilai aspek afektif
setiap individu dalam rangka kerjasama siswa antar dan dalam kelompok
- Presentasi
hasil kegiatan diskusi kelas berlangsung dalam rangka saling memberikan
infomasi kepada kelompok lain, dengan umpan balik dan tanya jawab antar
siswa kegiatan pembelajaran menjadi semakin hidup.
- Setiap siswa diperkenankan untuk
bertanya, menyanggah, memberikan masukan, memecahkan masalah kepada kelompok presentasi.
22
- Akhir
diskusi setiap kelompok memberikan kesimpulan akhir yang dibantu oleh
guru.
- Guru memberikan test berupa pertanyaan quiz untuk mengukur tingkat kemampuan
memahami materi (lihat lampiran)
Observasi dan Evaluasi
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti
dibantu oleh seorang observer
yaitu Bapak M.Teguh. Tujuan observer pada penelitian ini antara lain :
1. mengamati rangkaian kegiatan pembelajaran
dari awal sampai akhir
2. memberikan masukan tertulis dan lisan
berkaitan dengan penelitian
3. menganalisis setiap siswa untuk merekam
sejauhmana model pembelajaran yang
dipakai mempengaruhi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
4. memberikan catatan-catatan penting kepada
peneliti tentang siswa di kelas.
5. membantu peneliti untuk menyempurnakan
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut.
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas di kelas X-6 dicatat, direkam dan diamati sepenuhnya
oleh Bapak Teguh sebagai Observer (lihat format observasi). Namun tentunya pada siklus I ini jalannya
penelitian belum sampai pada tujuan yang diinginkan karena kesempurnaan belum
mencapai hasil. Evaluasi pertanyaan quiz boleh dibilang telah mewakili dari
keseluruhan substansi, namun pertanyaan obyektif juga diperlukan untuk mencari
tingkat kognitif secara utuh. Picture and Studen Active merupakan pengembangan
inovasi pembelajaran khususnya pelajaran sejarah yang dianggap sebagai
pelajaran hafalan. Dengan model PaSA siswa menjadi lebih antusias dalam
pembelajaran.
23
Dari hasil
observasi dan evaluasi bahwa
pembelajaran model PaSA sudah baik dan menarik namun pada proses
pembelajarannya masih diketemukan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan
dengan penelitian tindakan kelas yaitu :
- pembagian kelompok terlalu besar sehingga beberapa siswa cenderung
kurang memperhatikan proses identifikasi dan presentasi kelompok
- penempatan
gambar pada lokasi kebudayaan belum mendapatkan proses gambaran persebaran
kebudayaan misalnya dengan panah-panah
- Model
dan metode pembelajaran sudah sesuai dengan materi pelajaran yaitu
persebaran kebudayaan prasejarah, tetapi untuk manusia purba kurang begitu
sesuai. Untuk materi manusia purba difokuskan pada ciri-ciri fisik dengan
disertai gambar manusia purba
- sistem
presentasi yang dilakukan oleh tiap kelompok lebih difokuskan pada satu
sub pokok bahasan, walaupun tiap kelompok diberikan materi yang
berbeda-beda.
- pembahasan
lebih didominasi oleh satu atau dua orang sedangkan anggota lain hanya
mengikuti saja.
- pembuatan peta Indonesia lebih baik
dipergunakan skala
supaya lebih akurat posisi persebaran kebudayaan pra sejarah.
- Banyak
siswa yang pasip karena pembagian lembar kerja tidak efektif
- siswa kurang dalam mengajukan pertanyaan atau
pendapat pada prentasi yang telah dilakukan kelompok lain.
Semua kegiatan penelitian tindakan kelas di kelas
X-6 baik observasi, analisis, catatan dan evaluasi direkam oleh peneliti
beserta observer sebagai follow up untuk mendapatkan gambaran hasil tindakan
dan juga sebagai bahan releksi siklus 1. Hasil refleksi siklus 1 digunakan
untuk membuat perencanaan siklus 2,
24
0 Comments: